Kisah Si Cangkir Tanah Liat

11 Agustus 2009

Suatu sore yang indah, sepasang Kakek dan Nenek sedang mengunjungi sebuah Toko untuk membeli hadiah yang akan diberikan saat Ulang Tahun Cucunya. Keduanya tengah memilih barang yang akan dibeli, tiba-tiba mata keduanya terpaku pada sebuah Cangkir yang terbuat dari Tanah Liat. “Indah sekali cangkir itu Kek” sang nenek berkata pada kakek karena takjub melihat keindahan cangkir itu. “Iya nek, indah, indah sekali, bahkan sangat indah” kembali sang kakek memuji cangkir itu.
Lalu Sang Cangkir pun berkata, “ Ya… saat ini saya memang terlihat indah sekali… tapi tahukah kalian siapa aku sebelum aku berada di tempat ini? Dulu aku hanya seonggok tanah liat ditepi kali, kotor, hitam dan berbau, tak ada seorang pun yang peduli denganku sampai suatu saat ada yang mengambilku dan membawa pulang kerumahnya.
Di rumah orang tersebut, aku dipukul-pukul, dirobek-robek, dibanting, diputar-putar, disksa, sampai aku berteriak kesakitan namun orang tersebut tidak peduli dengan teriakanku. Tak berhenti sampai disitu, akupun dijemur diterik matahari lalu dibakar dalam api yang sangat panas sekali, saat itu aku menangis meratap-ratap. Keesokan harinya aku diangkat dari tempat pembakaran oleh orang tersebut, aku dibersihkan dari sisa-sisa abu yang menempel, tubuhku hitam sekali sat itu. Orang tersebut mengoleskan kuas ditubuhku, dingin dan lengket serta bau sekali yang dioleskan pada tubuhku, lalu akupun kembali dijemur dibawah terik matahari hingga sore hari.
Saat sore itu aku diangkat dan dipindahkan kedalam ruangan yang sejuk, aku diletakan disebuah etalase kaca yang sangat bersih dan wangi. Ketika orang tersebut meninggalkanku aku melihat diriku dikaca etalase tersebut, aku sangat kaget, aku terlihat begitu indah, aku telah menjadi sebuah cangkir yang sangat indah, aku telah menjadi pusat perhatian dan selalu dipuji orang. Sehingga aku lupa atas penderitaanku selama ini, terbayar sudah kesakitanku selama ini, ternyata setelah melewati penyiksaan panjang itu, aku kini menjadi sesuatu yang sangat berharga, sesuatu yang sangat indah yang saat ini dapat kakek dan nenek saksikan”.
Setelah mendengar cerita Sang Cangkir, kakek dan nenek itupun membeli cangkir tersebut walaupun dengan harga mahal. Cangkir tersebut diberikan pada cucunya sebagai hadiah ulang tahun.

Pesan dari cerita tersebut: Kita selalu berkeluh kesah atas apa yang terjadi pada kita, atas ujian yang tuhan berikan pada kita, atas kesakitan kita, atas selururh derita kita, bahkan kita marah-marah pada Tuhan, padahal kita tak tahu pasti apa yang Tuhan lakukan pada kita. Dibalik kesusahan kita, dibalik ujian kita, ternyata Tuhan telah menyiapkan sesuatu yang sangat indah untuk kita, sehingga kita memiliki derajat yang lebih tinggi dari yang sebelumnya, kita menjadi lebih berharga dari sebelumnya. Seperti seonggok tanah liat yang telah berubah menjadi sebuah cangkir yang sangat indah.